Akuisisi MT: Pengukuran di Lapangan
Data
yang diukur pada metode MT adalah perubahan medan listrik dan medan magnet pada
arah tertentu. Kedua medan tersebut diukur pada arah x dan y, serta z untuk
medan magnet. Medan listrik diukur menggunakan porous pot. Sedangkan medan
magnet diukur menggunakan coil. Secara umum, konfigurasi sensor listrik dan
magnetik dapat dilihat pada gambar berikut
.
Berbeda dengan diangram kartesius
biasa, dimana sumbu vertikal adalah y dan sumbu horizontal x, konfigurasi MT
kebalikannya. Sumbu vertikal adalah x dan sumbu horizontal y. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan zumbu z ke arah bawah (aturan sekrup).
Untuk mengukur medan magnet diperlukan sepasang porous pot yang dipasang terpisah pada jarak tertentu. Sensor tersebut mengukur beda potensial diantara keduanya. Nilai tersebut kemudian dibagi dengan jarak antar porous pot dan didapatkan medan listrik. Satu pasang porous mengukur satu komponen medan listrik pada arah tertentu. Porous pot dipasang pada empat arah, utara, selatan, timur, dan barat. Poros pot pada arah utara dan selatan berfungsi untuk mengukur Ex. Porous pot pada arah barat-timur berfungsi untuk mengukur Ey.
Coil
digunakan untuk mengukur medan Hx, Hy, dan Hz. Coil akan mengukur medan magnet
sesuai dengan arah kemana coil tersebut menunjuk atau dipasang. Hx dan Hy
merupakan data mendatar pada arah x (utara) dan y (selatan). Untuk mengukurnya
maka coil harus dipasang sedatar mungkin dan arahnya dipastikan menggunakan
kompas. Untuk Hz, karena arahnya ke atas, maka coil dipasang berdiri dan harus
dipastikan setegak mungkin.
Coil
dikubur di dalam tanah untuk menjaga agar posisinya tetap stabil. Pergeseran
arah coil akan menyebabkan H yang terukur adalah H dengan arah yang sudah
bergeser, bukan H pada arah yang dimaksud di awal. Sedangkan data yang ingin
diukur adalah data H dalam 1 arah saja. Semakin banyak coil terguncang maka
semakin buruk kualitas data yang diukur. Coil Hx dikubur mendatar pada arah
utara, sedangkan coil Hy dikubur mendatar pada arah timur. Coil z dikubur pada
posisi berdiri. Kedalaman lubang disesuaikan dengan kondisi lingkungan,
secukupnya hingga dirasa coilnya telah stabil.
Ketiga
coil diletakkan terpisah satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi noise. Apabila di salah satu coil terkena noise, maka coil yang
lain akan tetap aman. Bayangkan jika ketiga coil ditaruh pada zona yang sama.
Ketika zona tersebut terkena noise, maka semua data H akan terkena noise.
Porous pot dipasang pada jarak tertentu antara satu dengan yang lain, jarak tersebut biasa disebut sebagai panjang dipole. Hal tersebut dilakukan karena medan listrik tidak dapat diukur langsung, melainkan yang diukur adalah beda potensial. Nilai beda potensial kemudian dibagi dengan panjang dipol. Berapapun panjang dipolenya, seharusnya nilai E yang diperoleh sama karena besar beda potensial akan menyesuaikan dengan panjang dipole. Namun secara umum, semakin panjang dipole sinya yang diperoleh akan semakin bagus. Dipole yang panjang menghasilkan beda potensial yang besar (kuat). Sinyal data yang kuat akan mampu mengatasi noise yang ada.
Porous pot dikubur pada lubang dengan kedalaman tertentu. Kedalaman lubang dibuat sedalam mungkin untuk memastikan bahwa sinyal yang terekam memang berasal dari bawah permukaan. Porous pot tidak dapat begitu saja ditanam. Ketika porous pot dimasukkan ke dalam lubang, terdapat rongga antara permukaan tanah dengan porous pot. Alur listrik tidak akan dapat mengalir melalui rongga tersebut. Diantara rongga dan permukaan porous pot harus diberi sebuah medium untuk menghubungkan keduanya. Menghubungkan dalam arti tidak ada hambatan atau hambatannya sangat kecil antara tanah dengan porous pot. Medium yang biasa digunakan adalah lempung. Untuk lebih menurunkan resistivitasnya, air garam juga ditambahkan pada lubang bersama lempung. Untuk memastikan apakah pot dan tanah terhubung dengan baik, resistivitas diantara kedua porous pot diukur. Resistivitas tersebut biasanya disebut sebagai resistivity contact, semakin kecil nilainya maka semakin bagus.
Porous pot dipasang pada jarak tertentu antara satu dengan yang lain, jarak tersebut biasa disebut sebagai panjang dipole. Hal tersebut dilakukan karena medan listrik tidak dapat diukur langsung, melainkan yang diukur adalah beda potensial. Nilai beda potensial kemudian dibagi dengan panjang dipol. Berapapun panjang dipolenya, seharusnya nilai E yang diperoleh sama karena besar beda potensial akan menyesuaikan dengan panjang dipole. Namun secara umum, semakin panjang dipole sinya yang diperoleh akan semakin bagus. Dipole yang panjang menghasilkan beda potensial yang besar (kuat). Sinyal data yang kuat akan mampu mengatasi noise yang ada.
Porous pot dikubur pada lubang dengan kedalaman tertentu. Kedalaman lubang dibuat sedalam mungkin untuk memastikan bahwa sinyal yang terekam memang berasal dari bawah permukaan. Porous pot tidak dapat begitu saja ditanam. Ketika porous pot dimasukkan ke dalam lubang, terdapat rongga antara permukaan tanah dengan porous pot. Alur listrik tidak akan dapat mengalir melalui rongga tersebut. Diantara rongga dan permukaan porous pot harus diberi sebuah medium untuk menghubungkan keduanya. Menghubungkan dalam arti tidak ada hambatan atau hambatannya sangat kecil antara tanah dengan porous pot. Medium yang biasa digunakan adalah lempung. Untuk lebih menurunkan resistivitasnya, air garam juga ditambahkan pada lubang bersama lempung. Untuk memastikan apakah pot dan tanah terhubung dengan baik, resistivitas diantara kedua porous pot diukur. Resistivitas tersebut biasanya disebut sebagai resistivity contact, semakin kecil nilainya maka semakin bagus.
Posting Komentar untuk "Akuisisi MT: Pengukuran di Lapangan"