Koreksi Tidal, Drift, dan Gravitasi Absolut
Pada
umumnya, nilai percepetan gravitasi yang diukur oleh gravimeter seperti syntrex
adalah nilai gravitasi relatif. Artinya, nilai tersebut merupakan beda nilai
pengukuran di suatu tempat dengan stasiun pengukuran. Ordenya ribuan, bisa 2000
hingga 3000 mgal, tergantung daerah pengukuran. Berbeda jauh dengan nilai
gravitasi mutlak yang nilainya di orde 900.000 mgal. Karena itu, nilai
gravitasi relatif harus diubah ke dalam gravitasi absolut. Sebelum
melakukannya, nilai gravitasi relatif harus dikoreksi menggunakan koreksi
tidal, dan koreksi drift.
Koreksi Tidal
Koreksi
tidal atau sering disebut sebagai koreksi pasang surut merupakan koreksi yang
dilakukan terhadap pengaruh benda-benda langit khususnya bulan. Kita ambil
contoh bulan. Bulan memiliki massa yang cukup besar sehingga medan gravitasinya
pun cukup besar. Pengaruhnya yang paling dapat kita lihat adalah pasang surut
air laut. Ketika bulan purnama, air laut tertarik olehnya dan terjadi pasang.
Begitu juga sebaliknya. Gravitasi tersebut juga memengaruhi pengukuran
gravitasi yang kita lakukan. Resultan gaya gravitasi benda-benda langit
dikoreksi menggunakan koreksi tidal. Biasanya koreksi tidal dapat langsung
dilakukan oleh gravimeter. Selain itu, dapat juga dikoreksi secara manual
menggunakan software, salah satunya longman.
Koreksi Drift
Koreksi kedua adalah koreksi drift (apungan). Koreksi drift dilakukan terhadap perbedaan nilai gravitasi yang terbaca pada alat setelah selang waktu tertentu. Misal stasiun pada stasiun A dilakukan pengukuran pada pukul 11.00, kemudian pengukuran dilanjutkan ke stasiun lain. Ketika diukur lagi pada pukul 15.00, nilai yang terukur akan bergeser dan berbeda dengan nilai sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena efek goncangan dan perbedaan temperature selama mobilisasi alat. Graviter menggunakan pegas yang amat sangat sensitif. Goncangan selama perjalanan menyebabkan pegas lebih renggang sehingga pembacaan nilainya pun bergeser atau bahasa gampangnya ngedrift. Karena selama mobilisasi kemungkinan alat untuk terguncang sangat tinggi, maka kita asumsikan bahwa drift akan bertambah sesuai dengan waktu. Asumsinya, semakin lama waktu pengukuran, semakin jauh alat dibawa, maka driftnya akan semakin besar. Misal, stasiun A yang diukur pada pukul 14.00 akan memiliki drift yang lebih kecil dibandingkan dengan stasiun B yang diukur lebih awal pada pukul 10.00.
Untuk
mengoreksinya, skenario pengukuran dibuat looping.
Sesuai namanya, pengukuran dilakukan secara loop atau kembali ke tempat asal. Pengukuran dimulai di basecamp,
pada suatu titik yang sudah ditandai, kemudian diakhiri dengan mengukur pada
tempat yang sama setelah selesai mengukur seharian. Nilai gravitasi basecamp
yang terukur pada saat akhir pengukuran nilainya akan berbeda dengan pengukuran
awal.
Ilustrasi Pengukuran Looping |
Prinsip
dasar koreksi drift adalah membagi nilai drift total ke setiap stasiun
pengukuran proporsional terhadap waktu. Semakin akhir pengukuran dilakukan
semakin besar driftnya, dan sebaliknya.
Beda pembacaan tersebut merupakan drift penyimpangan nilai pengukuran yang terakumulasi selama 1 hari. Seperti penjelasan sebelumnya, nilai drift akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sehingga, jika kita melakukan pengukuran selama 10 jam, maka drift yang terkumpul merupakan drift selama 10 jam. Dari nilai tersebut, kita dapat mengukur laju pertambahan drift, atau pertambahan drift tiap satuan waktu, dengan membagi total drift dengan total waktu pengukuran. Gampanganya seperti mengukur kecepatan, dimana kecepatan adalah jarak dibagi waktu. Bedanya disini yang bertambah adalah drift bukan jarak. Kemudian untuk menghitung drift pada stasiun tertentu, tinggal mengalikan laju pertambahan drift dengan waktu antara dimulainya pengukuran dibasecamp dengan waktu yang ditempuh hingga pengukuran di stasiun tersebut dilakukan.
Beda pembacaan tersebut merupakan drift penyimpangan nilai pengukuran yang terakumulasi selama 1 hari. Seperti penjelasan sebelumnya, nilai drift akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sehingga, jika kita melakukan pengukuran selama 10 jam, maka drift yang terkumpul merupakan drift selama 10 jam. Dari nilai tersebut, kita dapat mengukur laju pertambahan drift, atau pertambahan drift tiap satuan waktu, dengan membagi total drift dengan total waktu pengukuran. Gampanganya seperti mengukur kecepatan, dimana kecepatan adalah jarak dibagi waktu. Bedanya disini yang bertambah adalah drift bukan jarak. Kemudian untuk menghitung drift pada stasiun tertentu, tinggal mengalikan laju pertambahan drift dengan waktu antara dimulainya pengukuran dibasecamp dengan waktu yang ditempuh hingga pengukuran di stasiun tersebut dilakukan.
Sesuai penjelasan di atas,
koreksi drift dilakukan menggunakan persamaan berikut :
Dimana Gtutup adalah
nilai gravitasi basecamp di akhir pengukuran, Gbuka nilai gravitasi basecamp di
awal pengukuran, tbuka adalah waktu pengukuran awal basecamp, ttutup
adalah waktu pengukuran akhir basecamp, dan tstasiun adalah
waktu pengukuran di stasiun pengukuran.
Menentukan Gobs
Gobs merupakan nilai gravitasi mutlak pada stasiun
tertentu. Berbeda dengan nilai gravitasi absolut, gravitasi mutlak memiliki
orde 900.000 mgal. Nilai tersebut nantinya akan direduksi untuk mendapatkan anomali
gravitasi di titik pengukuran.
Sebelum menghitung Gabs, nilai Grelatif dikoreksi
dulu dengan koreksi tidal dan koreksi drift
seperti pada penjelasan sebelumnya, dituliskan pada persamaan berikut :
Dimana Gstasiun adalah
nilai gravitasi relatif yang terukur di stasiun pengukuran, Gtidal adalah
nilai koreksi tidal, dan Gdrift adalah nilai koreksi drift. Nilai tersebut kemudian siap
digunakan untuk menghitung nilai gravitasi absolut.
Untuk menghitung nilai Gobs stasiun, dibutuhkan nilai
Gabs basecamp. Nilai Gabs basecamp didapat dengan cara yang sama dengan cara
yang akan dibahas, tapi yang dijadikan referensi adalah nilai Gabs dari stasiun
gravitasi, biasanya terdapat di kantor BMKG dan Bandara. Untuk saat ini kita
anggap dulu kalau nilai Gabs basecamp diketahui.
Kembali lagi, nilai yang terukur adalah gravitasi relatif,
baik di basecamp maupun di stasiun pengukuran. Antara stasiun dan basecamp terdapat
perbedaan nilai gravitasi, beda nilai antara G relatif stasiun dengan basecamp kita
tulis sebagai ΔGrelatif. Kemudian, terdapat
perbedaan juga antara G absolute stasiun pengukuran dan basecamp, kita sebut
sebagai ΔGabsolut. Nilai ΔGrelatif
dan ΔGabsolut besarnya sama.
Sehingga dapat ditulis :
Sehingga nilai Gobs
dirumuskan sebagai
Nah, nilai gravitasi absolut
basecamp dihitung menggunakan persamaan tersebut juga. Bedanya, Gabsolut nya
adalah nilai gravitasi stasiun BMKG, sedangkan Gcorr nya diganti
dengan G basecamp. Biasanya pada awal pengukuran disediakan waktu khusus satu
hari untuk mengukur G absolut. Pengukuran diawali di stasiun BMKG. Kemudian
dilanjutkan dengan mengukur nilai gravitasi relatif di basecamp. Setelah itu
kembali lagi ke stasiun BMKG untuk menutup pengukuran. Nilai g basecamp
dikoreksi dengan nilai drift selama perjalanan stasiun BMKG – basecamp –
stasiun BMKG. Setelah itu baru dihitung nilai Gravitasi absolut basecamp.
Penghitungan tersebut
dilakukan satu hari khusus, untuk meminimalisasi drift yang terjadi dan agar
penghitungannya driftnya lebih objektif.
Sangat membantu mas, terimakasih (y) semangat!!
BalasHapussip.. nanti disempurnakan lagi artikelnya biar lebih mudah ditelen
Hapus